Wayang
golek atau disebut “golek” saja, merupakan salah satu jenis tradisi yang hingga
sekarang masih tetap bertahan hidup di daerah Sunda. Berbeda dari wayang kulit
yang dwimatra, golek adalah salah satu jenis wayang trimatra.
Golek
memiliki sifat pejal. Ia merupakan boneka tiruan rupa manusia (ikonografi),
yang dibuat dari bahan kayu bulat torak untuk mempertunjukkan sebuah lakon.
Ada
2 macam wayang golek di daerah Sunda, yaitu wayang golek papak (cepak atau
wayang golek menak dan wayang golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal
orang adalah wayang golek purwa. Sama seperti wayang kulit, pementasan wayang
golek purwa menampilkan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Apa itu
Wayang?
Wayang
merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol
di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang sendiri meliputi seni
peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sasra, seni lukis, seni pahat
dan juga seni perlambang.
Menurut
penelitian ahli sejarah, sebetulnya budaya wayang merupakan budaya asli
Indonesia yang sudah ada jauh sebelum agama Hindu masuk ke pulau Jawa. Memang,
cerita wayang yang populer saat ini merupakan adaptasi cerita dari karya sasra
India, yaitu Ramayana dan Mahabrata. Tetapi sudah mengalami adaptasi untuk
menyesuaikan dengan falsafah asli Indonesia.
Pengertian
wayang sangat tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya. Kata wayang
dapat diartikan secara luas, tetapi seringkali dibatasi dengan makna boneka,
gambar, tiruan dari manusia, tokoh/pemain dalam suatu pertunjukan/sandiwara.
Arti ini mirip dengan yang ada dalam Kamus Umum Bahasa Sunda, yaitu wayang
adalah boneka atau penjelmaan dari manusia yang terbuat dari kulit atau pun
kayu. Namun ada juga yang mengartikan bahwa perkataan wayang berasal dari
bahasa Jawa, yang artinya perwajahan yang mengandung penerangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar